Minggu, 06 Maret 2011

Terjun Payung

Sebenarnya rancangan parasut sudah dipikirkan jauh-jauh, sebelum ada orang yang berani terjun. Adalah Leonardo Da Vinci yang pertama kali merancang pertama kali dalam coretan-coretan bukunya, bertahun 1495.

Tapi tahukah anda ? mahluk hidup pertama kali yang melakukan terjun payung dengan parasut bukanlah manusia tapi seekor anjing ?
Hal ini terjadi karena dua bersaudara Joseph dan Jacques Montgolfier menjadikan seekor anjing sebagai “ kelinci “ uji coba , dan menerjunkannya dari atap bangunan pada tahun 1783.

Pada tahun 1617, Fauste Veranzio sebenarnya pernah nekat melakukan “terjun dari sebuah menara “ di Venice. Tapi hal ini tidak pernah dicatat oleh sejarah sebagai penerjun pertama karena ia hanya sekadar coba-coba.
Pada tahun 1783 juga, Sebastian Leormand pernah mencoba terjun dengan memakai parasut sederhana berdiameter 4,2 meter. Kemudian Jean Pierre Blanchard juga membuat parasut penyelamat yang ditempatkan di atas sebuah balon.

Tapi manusia yang diakui sejarah sebagai penrjun pertama adalah Andrew Garnerin, yang melompat dari balon udara pada tahun 1797. Ia melompat dari ketinggian 8000 kaki ( sekitar 2,4 Km ) dengan memakai parasut seperti yang digunakan sekarang ini. ( Sebelumnya parasut dirancang menggunakan kerangka seperti payung ).

Garnerin sendiri sebelumnya hanyalah bermodal nekat. Pada awal penerjunan, parasutnya sering terobang-ambing . Sampai rekannya, seorang astronom Perancis, Lalandes menyarankan untuk membuat lubang kecil di bagian atas parasut. Ternyata parasut bisa turun stabil sehingga kemudian terus dipakai sampai saat ini.

Pada abad berikutnya, parasut umumnya hanyalah dipakai untuk pertunjukan acrobat. Seseorang naik Trapeze kemudian melompat dan terjun memakai parasut.

Pada penerjunan dengan balon udara, parasut diikatkan pada sisi balon. Lompatan perjun akan menarik parasut hingga ikatannya terbuka.
Namun dengan teknik ini, tercatat Robert Cocking sebagai penerjun pertama yang tewas. Melompat dari ketinggian 5000 kaki ( 1,5 Km ), payungnya jatuh terlenih dulu baru tubuhnya.

Grant Morton dan Albert Berry mengaku sebagai orang yang pertama kali terjun dari pesawat. Tahun 1911 Morton terjun dengan parasut yang terikat di tangan saat ia melompat meninggalkan pesawat. Sedang tahun 1912 Berry terjun dengan parasut penyelamat yang ada di badan pesawat. Keduanya benar terjun dari pesawat, tapi sebenarnya karena terpaksa.

Memasuki Perang Dunia, parasut dikembangkan dengan mempertimbangkan factor stabilitas, kecepatan laju, bahkan untuk mencapai ketinggian tertentu.
Sehabis perang barulah mulai dikembangkan parasut jenis ring slot yang kemudian banyak dipakai pada penerjunan barang dan perlambatan kecepatan suatu benda. Belakangan, kendaraan para astronot yang hendak mendarat di bumi banyak memakai parasut jenis ini.

Georgia Broadwick sebenarnya sudah melakukan terjun bebas – melayang lama di udara, sebelum membuka payung – pada tahun 1914.
Tapi terjun sebagai olah raga baru benar-benar berkembang pada tahun 1960- an.Menggunakan parasut yang bisa dikendalikan dan terbang horizontal.



Sumber : http://id.shvoong.com/exact-sciences/engineering/2081550-sejarah-terjun-payung-awalnya-bermodal/

Olahraga dirgantara selalu memukau masyarakat, sehingga di manapun dan kapanpun, kegiatan itu diselenggarakan, akan selalu menarik perhatian masyarakat. Salah satunya adalah terjun payung.

Selain mengandalkan teknik, olahraga terjun payung memacu adrenalin dan membutuhkan nyali besar. Pasalnya, olahraga ini cukup menantang maut. Olahraga ini memang tontonan yang menarik dan menimbulkan rasa penasaran untuk mencoba. "Bukan hanya nyali, tapi prosedur keselamatan juga harus diperhatikan. Kalau kita melaksanakan aturan yang ada dengan benar, tentu risiko bahaya pun semakin kecil. Pokoknya safety first," kata Nisfu Chasbullah, Chairman Persatuan Olahraga Dirgantara (Pordiga) Terjun Payung.

Ada tiga jenis karakter terjun payung, yaitu ketepatan mendarat, kerja sama di udara, dan kerja sama antarkanopi. Masing-masing jenis ini mempunyai karakter tingkat kesulitan dan karakter kepuasan tersendiri. "Jika kita terjun di nomor ketepatan mendarat, tentu kepuasan itu datang apabila kita bisa menginjak "titik zero" di titik biru. Ini bukan hal yang mudah mengingat kita harus memperhitungkan saat di udara. Tapi bila kita berhasil melakukannya, itu adalah lompatan yang sempurna," kata Nisfu.

Begitu pula dengan kerja sama di udara dan antarkanopi. "Kalau kerja sama berjalan dengan baik, tentu merupakan kepuasan. Sebab, itu adalah satu hal yang dilakukan secara bersama-sama. Mereka harus berkonfigurasi dan merencanakan sesuatu itu dari atas awan sampai nanti di darat," jelasnya.

Melayang-layang di angkasa luas, rasanya seperti berenang dan meinggalkan memori tersendiri. Bercengkerama dengan awan memang memberikan kepuasan lebih. Melihat pemandangan yang terbentang luas dari atas awan begitu memanjakan mata. Melayang seperti burung di antara embusan angin sejuk pegunungan merupakan sensasi tersendiri. Pemandangan daratan begitu memukau bila diliat dari atas. Semua yang ada di daratan hanya titik kecil. Bumi memang tak berujung, dimensi pandangan mata sungguh tak terbatas. Di situlah kita sadar akan kebesaran Tuhan.

Sekilas, olahraga ini lumayan menguras kocek. Pasalnya, sebuah pesawat sangat diperlukan untuk melakukan lompatan. Selain itu, harga peralatan penunjang seperti Canopi, Harness & Container, Payung Cadangan, Altimeter, Googles (kacamata), Jumpshoot, dan Helm mencapai kurang lebih Rp 36 juta. Kendati demikian, Nisfu membantah bahwa terjun payung adalah olahraga yang cukup mahal. Menurutnya, banyak cabang olahraga lain yang jauh lebih mahal ketimbang terjun payung. "Misalnya olahraga yang berhubungan dengan otomotif. Pasti itu memerlukan biaya yang tidak sedikit untuk perawatan dan hal lainnya. Terjun payung itu olahraga yang relatif tidak mahal. Buktinya ada juga penerjun yang berasal dari kalangan mahasiswa yang notabene mereka mempunyai keterbatasan dana," ungkapnya.

Sejarah Terjun Payung
Sudah lama manusia ingin melakukan penerjunan, namun tidak dapat dilaksanakan karena belum ada peralatan memadai. Akhirnya, sekitar tahun 1617, Fausto Veranzio menjadi manusia pertama yang melakukan penerjunan dari sebuah menara di Venesia, Italia, dan mendarat dengan selamat menggunakan alat yang mirip parasut. Sedangkan penerjunan dari suatu benda terbang, baru dilaksanakan untuk pertama kalinya sekitar tahun 1797, yaitu oleh Andre Jacques Garrnerin di Paris, Perancis, dari sebuah balon udara.

Leslie Irvin yang diselamatkan oleh parasut dalam suatu kecelakaan di Inggris, merasa berhutang budi pada perlengkapan itu. Sejak peristiwa yang terjadi pada tahun 1919 itulah akhirnya ia membaktikan seluruh sisa hidupnya untuk mengembangkan dan menyempurnakan teknologi dan sistem parasut.

Marsdya TNI (Pur) Budiarjo, menjadi orang Indonesia pertama yang memanfaatkan parasut, yaitu saat ia bertugas sebagai telegrafis (RTU) di sebuah pesawat pembom Glen Martin, mengalami kerusakan dan terpaksa terjun menggunakan parasut. Penggunaan parasut dalam operasi militer di Indoensia untuk pertama kalinya dilaksanakan dalam suatu Operasi Lintas Udara, yaitu tanggal 17 Oktober 1947 di Kotawaringin, Kalimantan di mana diterjunkan 13 orang anggota Pasukan Gerak Tjepat AURI untuk mempertahankan keutuhan wilayah nasional untuk melawan penjajah Belanda. Namun orang yang pernah terjun payung di Indonesia adalah anggota Angkatan Udara Belanda, Pembantu Letnan A.J. Oonine, di Pangkalan Udara Kalijati, tanggal 30 Desember 1930.

Terjun Payung di Indonesia
Tuti Gantini, putri angkat Kolonel Udara R.H. Wiriadinata, menjadi orang sipil pertama yang terjun payung (statik). Peristiwa bersejarah itu disusul oleh delapan orang wartawan asal Jakarta dan Bandung yang mengikuti pendidikan Sekolah Para Angkatan Udara pada angkatna ke-42 di Margahayu, Bandung. Mereka masih menggunakan payung Ervin buatan Inggris dalam Perang Dunia II dan payung D-1 dengan selubung buatan Sovyet. Mereka dilatih mendarat dengan system tumbling dan push. Dalam perkembangannya, Angaktan darat, Laut, Udara dan Kepolisian melatih para pemuda yang sebagian besar terdiri dari mahasiswa untuk terjun freefall. Semula mereka menggunakan payung bundar seperti Ervin dan Para Commander, tapi kemudian menggunakan berbagai jenis payung square yang jauh lebih canggih.

Namun terjun payung sebagai olahraga, baru diperkenalkan di Indonesia untuk pertama kalinya tahun 1962 oleh Mladen Milicevic (Mica), seorang yang berkebangsaan Yugoslavia, yang saat itu diperbantukan di Sekolah Para Komando TNI AD di Batujajar. Sejak itu, terjun payung berkembang menjadi sebuah olahraga yang semakin digemari. Perkumpulan terjun payung pertama adalah AVES didirikan di Bandung oleh para mahasiswa ITB bersama wartawan Trisnoyuwono tanggal 29 Juli 1969. Akhirnya olahraga terjun payung pun mulai berkembang pesat. PUncaknya, tanggal 17 Januari 1972, klub-klub terjun payung yang terdapat di Indonesia (62 klub) sepakat untuk bergabung dalam induk organisasi Federasi Aero Sport Indonesia (FASI).

Cabang olahraga ini tak bisa lepas dari kemajuan teknologi, yang mampu menciptakan peralatan-peralatan baru yang semakin hari semakin canggih. Penggunaan peralatan baru tersebut oleh para atlet memungkinkan dilakukannya manuver-manuver baru di udara yang sulit dilakukan dengan peralatan jenis lama. Bahkan dengan menggunakan peralatan baru tersebut mampu dipecahkan rekor-rekor baru dalam berbagai nomor perlombaan.

Cabang olahraga terjun payung memperlombakan berbagai nomor antara lain ketepatan mandarat, kerja sama di udara, kerja sama antarkanopi dan free style. Nomor-nomor lain adalah formation skydiving dan sku surfing. Jenis parasut yang digunakan dalam perlombaan terjun payung misalnya jenis DC-5 untuk ketepatan mendarat, atau PD-150 untuk kerja sama di 
udara. (CBN Portal)


Sumber : http://y3hoo.nice-topic.com/t435-terjun-payung




Kalau ingin melihat pertunjukan terjun payung, tidak usah jauh-jauh keluar dari kota Palangka Raya ini, cukup beli saja mainan ini :D
superman naik terjun payung -__- :lol:

13 komentar:

Nurlia Enda on 6 Mar 2011, 23.21.00 mengatakan...

"terjun payung" seperti gambar terakhir udah langka cha wkwkwkwkwk

Louisa Gusni on 6 Mar 2011, 23.25.00 mengatakan...

haha :D asyik tapi

Anonim mengatakan...

blog nya cantik ^^

Louisa Gusni on 6 Mar 2011, 23.55.00 mengatakan...

merayu :D

Anonim mengatakan...

wow gambarny amazing :P

Louisa Gusni on 7 Mar 2011, 17.44.00 mengatakan...

terimakasih nona ervi :D

KHAIRUNNISA on 7 Mar 2011, 18.58.00 mengatakan...

wow banyak nya terjun payung punya icha...
hahaha
yg paling bagus,yang paling bawah..

Louisa Gusni on 7 Mar 2011, 20.58.00 mengatakan...

bagus lho jol yg dibawah :D

Anonim mengatakan...

kalo terjun jas hujan ada lah cha :D...hhee :D

Louisa Gusni on 8 Mar 2011, 14.24.00 mengatakan...

terjun jas hujan itu handmade ke :p hehe

Anonim mengatakan...

ohh betul betul juga ...hhhaaa

Anonim mengatakan...

icha, ayo kita terjun payung dari atas sekolah, haha :D

Louisa Gusni on 9 Mar 2011, 22.02.00 mengatakan...

pake terjun payung yg kayak gambar terkahir ya ma :D hehe

Posting Komentar

 

Louisa Gusni Maygrecia Copyright © 2009 Cookiez is Designed by Ipietoon for Free Blogger Template