Minggu, 03 April 2011

Bruno Mars - Grenade




Easy come, easy go
That’s just how you live, oh
Take, take, take it all,
But you never give
Should of known you was trouble from the first kiss, Had your eyes wide open -
Why were they open?
Gave you all I had
And you tossed it in the trash
You tossed it in the trash, you did
To give me all your love is all I ever asked, Cause what you don’t understand is
I’d catch a grenade for ya (yeah, yeah, yeah)
Throw my hand on a blade for ya (yeah, yeah, yeah)
I’d jump in front of a train for ya (yeah, yeah , yeah)
You know I’d do anything for ya (yeah, yeah, yeah) Oh, oh
I would go through all this pain, Take a bullet straight through my brain,
Yes, I would die for ya baby ; But you won’t do the same
No, no, no, no
Black, black, black and blue beat me till I’m numb Tell the devil I said “hey” when you get back to where you’re from
Mad woman, bad woman,
That’s just what you are, yeah,
You’ll smile in my face then rip the breaks out my car
Gave you all I had
And you tossed it in the trash
You tossed it in the trash, yes you did
To give me all your love is all I ever asked Cause what you don’t understand is
I’d catch a grenade for ya (yeah, yeah, yeah)
Throw my hand on a blade for ya (yeah, yeah, yeah)
I’d jump in front of a train for ya (yeah, yeah , yeah)
You know I’d do anything for ya (yeah, yeah, yeah) Oh, oh
I would go through all this pain, Take a bullet straight through my brain,
Yes, I would die for ya baby ; But you won’t do the same
If my body was on fire, ooh You’ d watch me burn down in flames You said you loved me you’re a liar Cause you never, ever, ever did baby…
But darling I’ll still catch a grenade for ya
Throw my hand on a blade for ya (yeah, yeah, yeah)
I’d jump in front of a train for ya (yeah, yeah , yeah)
You know I’d do anything for ya (yeah, yeah, yeah) Oh, oh
I would go through all this pain, Take a bullet straight through my brain,
Yes, I would die for ya baby ; But you won’t do the same.
No, you won’t do the same,
You wouldn’t do the same,
Ooh, you’ll never do the same,
No, no, no, no

Lugu bak Nasrudin

     Kali ini saya mau berbagi cerita dari sebuah buku yang saya baca.
     Buku ini berjudul Selamat Berkiprah yang ditulis oleh Andar Ismail. Dr. Andar Ismail ini adalah pendeta di GKE Samanhudi Jakarta, sejak tahun 1963 dan kini beliau juga menjadi dosen Sekolah Tinggi Teologi Jakarta, dan juga bekerja sebagai dekan Program Pascasarjana Sekolah Tinggi Teologia Jakarta. Buku Selamat Berkiprah ini adalah buku kumpulan 33 Renungan tentang Kesaksian, tampaknya buku ini identik dengan agama kristen maupun katolik. Tapi, yang saya tuliskan di dalam blog ini bukanlah renungan secara agama kristen, tetapi saya hanya mengambil kisah yang berjudul Lugu bak Nasrudin.

     Nasrudin dikunjungi seorang teman yang membawa seekor bebek. Maka Nasrudin pun memasak sop bebek dan menyantapnya berdua. Sekitar sejam setelah temannya pulang, datanglah seorang yang sama sekali tidak dikenal Nasrudin. Orang itu berkata, "Aku adalah teman dari teman yang membawa bebek tadi." Memang masih ada sisa sop bebek itu, namun hanya sedikit sekali. Cepat-cepat Ansrudin menambah air lalu menyajikannya. Sejam kemudian datang lagi seorang yang tidak dikenal dan berkata, "Aku adalah teman dari teman dari teman yang membawa bebek." Nasrudin bingung. Sisa kuah sop itu sudah tinggal sedikit sekali. Maka Nasrudin menambah air lagi lalu menyajikannya. Baru saja orang itu mencicip ujung sendok, ia membentak, "Sop apa ini ?" Dengan tenang Nasrudin menjawab, "Ini adalah sop bebek dari sop bebek dari sop bebek."


     Pada kesempatan lain Nasrudin sedang berjalan ke kota. Beberapa anak nakal ingin memperdaya dia dan mencuri sandalnya. Mereka berpura-pura meminta Nasrudin mengajar mereka memanjat pohon. Nasrudin pun melepaskan sandal, memasukkan sandalnya ke dalam saku, lalu mulai memanjat pohon. Anak-anak menjadi bengong dan berteriak, "Kenapa sandalnya dibawa ?" Nasrudin menjawab, "Barangkali di puncak pohon ada jalan. Aku ingin belajar berjalan di situ."


     Pada suatu hari Nasrudin meminjam sebuah panci besar dari tetangga yang terkenal licik dan serakah. Ketika ia mengembalikan panci itu, dimasukkannya sebuah panci baru yang kecil. Ia berkata, "Pancimu ternyata hamil dan semalam melahirkan anak." Tanpa mengucapkan apa-apa tetangga itu mengambil kedua panci itu. Seminggu kemudian Nasrudin meminjam lagi panci besar itu. Esok harinya ketika tetangga itu menagih, Nasrudin berkata, "Pancimu semalam telah meninggal dunia." Tetangga itu marah, "Mustahil, mana ada panci meninggal dunia !" Nasrudin menjawab, "Ketika pancimu hamil dan melahirkan, kamu tidak bilang apa-apa; sekarang pancimu meninggal dunia kamu bilang mustahil."


     Siapa Nasrudin ? Kono ia adalah seorang sufi di Turki pada abad ke-14. Ada ratusan anekdot tentang Nasrudin yang merupakan paduan humor dan satire (gaya sasrta sindiran). Dalam bahasa Inggris saja, ada hampir seratus buku yang berisi koleksi dan analisis cerita Nasrudin. Tiap anekdot Nasrudin menyimpan sebuah kebenaran. Kebenaran itu sering kali menusuk, namun dikemas sedemikian rupa sehingga pembaca tidak menjadi gusar, melainkan tertawa bahkan menertawakan diri sendiri.


     Bagaimana dengan karakter Nasrudin ? Ia digambarkan sebagai seorang yang meyakini suatu keyakinan yang jelas. Cara meyakininya itu selalu bersifat lugu, artinya wajar dan apa adanya. Dengan demikian keyakinannya terungkap dengan sederhana, singkat-padat dan jelas. Keluguan itu pula yang membuat pesan kebenaran Nasrudin menjadi ampuh. Coba simak anekdot ini.


    Nasrudin sedang berdiri di pasar yang ramai dengan orang berlalu-lalang. Temannya bertanya, "Mengapa tidak diatur saja berjalan ke satu arah yang sama ?" Nasrudin menjawab, "Kalau semua orang berjalan ke arah yang sama, dunia ini akan miring dan berat sebelah." Kebenaran apa yang tersembunyi di balik anekdot ini ? Bahwa keselarasan tercipta bukan melalui penyeragaman, melainkan justru melalui kemajemukan.


     Nasrudin sedang duduk di tepi danau. Tiba-toba ada orang tenggelam dan berteriak, "Tolong, tolong !" Langsung orang-orang berteriak, "Berikan tanganmu !" Tetapi orang itu tidak mau mengulurkan tangannya. Lalu Nasrudin mendekat dan berteriak, "Ambil tanganku !" Ketika itu juga orang tadi meraih dan memegang erat tangan Nasrudin. Semua orang heran dan bertanya, "Nasrudin, mengapa dia tidak mau menanggapi teriakan kami ?" Nasrudin menjawab, "Orang ini terkenal kikir. Ia tidak mau memberi, ia hanya mau mengambil."


     Ada seorang pemuda makan sebutir telur rebus di warung. Sesudah makan ia pergi tanpa membayar. Setahun kemudian ia kembali lagi untuk membayar. Tetapi pemilik warung berkata, "Memang uangmu ini pas untuk sebutir telur rebus. Tetapi kamu harus bayar seratus kali lipat, sebab dalam waktu setahun telur itu bisa menetas menjadi ayam dan ayam itu bertelur dan telur itu menjadi ayam lagi !" Pemuda itu tidak bisa menerima alasan tersebut. Dibawalah persoalan ini ke pengadilan. lalu pengadilan memanggil nasrudin untuk memberi kesaksian. Lama sekali Nasrudin ditunggu, ia sangat terlambat. Hakim pun menegur, "Nasrudin, mengapa kamu terlambat ?" Nasrudin menjawab, "Maaf, Tuan Hakim, aku terlambat karena aku sedang merebus benih gandum untuk ditanam." Hakim itu langsung menegur, "Aneh betul, masakan benih gandum yang sudah direbus bisa ditanam dan menghasilkan gandum ?" Nasrudin menjawab, "Memang aneh, sama anehnya dengan sebutir telur yang sudah direbus tetapi bisa menetas menjadi ayam."


     Nasrudin melakukan perjalanan bersama dua orang kawan. Ia lapar dan ingin membagi rotisatu-satunya yang dimilikinya. Tetapi kedua teman yang belum lapar itu berkata, "Besok sajalah ! Malam ini kita langsung tidur. Barangsiapa yang mimpinya paling bagus, dia boleh makan roti ini." Keesokan harinya seorang teman berkata, "Mimpiku sangat bagus. aku melihat nabi." Temannya yang lain berkata, "Mimpiku lebih bagus lagi. Aku melihat Tuhan." Sekarang giliran Nasrudin. Dengan suara perlahan dan kepala menunduk Nasrudin berkata, "Aku tidak melihat nabi dan juga tidak melihat Tuhan. Yang kulihat adalah istriku. Ia menyuruh aku memakan roti itu. Lalu aku segera bangun dan langsung memakan roti itu. Sekarang roti itu sudah habis."
 

Louisa Gusni Maygrecia Copyright © 2009 Cookiez is Designed by Ipietoon for Free Blogger Template